The Zain

/home/puskom35/Downloads/cooltext531071763.png

Minggu, 12 Juni 2011

DAERAHKU KALIMANTAN SELATAN

Kelas menulis Wikipedia untuk umum telah dibuka untuk setiap minggunya. Anda dapat mengikutinya!

Kalimantan Selatan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kalimantan Selatan
—  Provinsi  —
Lambang Kalimantan Selatan
Lambang
Motto: Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing
(Bahasa Banjar: Tetap bersemangat dan kuat seperti baja dari awal sampai akhir)
Peta lokasi Kalimantan Selatan
Negara  Indonesia
Hari jadi 14 Agustus 1950
Ibu kota Banjarmasin
Koordinat 5º 20' - 1º 10' LS
114º 0' - 117º 40' BT
Pemerintahan
 - Gubernur Drs. H. Rudy Ariffin
 - DAU Rp. 504.876.152.000,- (2011)[1]
Luas
 - Total 36.985 km2
Populasi (2010)[2]
 - Total 3.626.119
 Kepadatan 98/km²
Demografi
 - Suku bangsa Banjar , Dayak ,Jawa , Bugis [3]
 - Agama Islam (96,80%), Protestan (2,85%), Katolik (1,81%), Hindu (0,95%), Buddha (0,17%)
 - Bahasa Bahasa Indonesia(id), Bahasa Banjar (bjn), Bahasa Bakumpai (bkr), Bahasa Bukit (bvu), Bahasa Dusun Deyah (dun), Bahasa Maanyan (mhy)
Zona waktu WITA
Kabupaten 11
Kota 2
Kecamatan 138
Desa/kelurahan 1.958
Lagu daerah Ampar-ampar Pisang
Situs web www.kalselprov.go.id
Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin.
Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalimantan Selatan dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya sepuluh provinsi, setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), salah satunya provinsi Kalimantan dengan gubernur Dokter Moerjani. Penduduk Kalimantan Selatan berjumlah 3.545.100 jiwa (2010).[4] Pertumbuhan Kalsel Sepanjang Tahun 2010 Mencapai 5,58 Persen.[5]

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Sejarah

[sunting] Masa Sebelum Abad ke-9

Gedung Mahligai Pancasila salah satu bangunan dalam kompleks rumah jabatan Gubernur Kalimantan Selatan

[sunting] Masa Kerajaan Negara Daha

  • 1025, migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
  • 1355, Empu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras (Margasari) dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Amas dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa sebagai bawahan Raja Kuripan yang tidak memiliki keturunan. Kemudian Empu Jatmika menaklukan penduduk asli batang Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Labuan Amas, Amandit serta daerah perbukitan yang dihuni suku Bukit, selanjutnya mendirikan Candi Agung (Amuntai) sebagai ibukota yang baru, tetapi pelabuhan perdagangan tetap di Muara Rampiau. Ia menjadi penguasa Candi Agung, Candi Laras dan Kuripan.
  • 1360, Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
  • 1362, Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.
  • 1362–1448, berdirinya Kerajaan Negara Dipa dibawah Maharaja Suryanata.
  • 1385–1421, masa pemerintahan Pangeran Surya Gangga Wangsa.
  • 1421–1436, masa pemerintah Raden Carang Lalean.
  • 1436–1448, masa pemerintahan Putri Kalungsu.
  • 1448-1526, masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi Raja pertama.
  • 1448, Bandar Muara Bahan ditetapkan sebagai Bandar kerajaan menggantikan Bandar Muhara Rampiau, ditunjuk Patih Arya Taranggana putera Aria Magatsari memimpin di bandar itu.
  • 1448–1486, masa pemerintahan Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan.
  • 1486–1515, masa pemerintahan Raden Paksa dengan gelar Maharaja Sukarama.
  • 1511, migrasi suku melayu akibat runtuhnya Kerajaan Malaka diserang Portugis, migrant ini mendiami sepanjang sungai Kuin.
  • 1515, Maharaja Sukarama wafat, diwasiatkan yang menjadi raja adalah Pangeran Samudera.
  • 1515-1519, masa pemerintahan Arya Mangkubumi yang kemudian dibunuh Sa’ban atas suruhan Pangeran Tumanggung. Pangeran Samudra melarikan diri ke hilir Barito.
  • 1518-1521, Pati Unus, Sultan Demak menaklukan kerajaan-kerajaan Kalimantan, seperti Tanjungpura/Sukadana, Lawai dan Sambas sebelum menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1521.
  • 1519–1526, masa pemerintahan Pangeran Tumanggung (Raden Panjang).

[sunting] Masa Kerajaan Banjar

[sunting] Tahun 1520-1668

  • 1520, penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar Pangeran Samudera.
  • 6 September 1526, pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudera dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu Kesultanan Demak.
  • 24 September 1526, kemenangan Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha.
  • 1526-1545, masa pemerintahan Pangeran Samudera.
  • 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H, Pangeran Samudera memeluk Islam dengan gelar di dalam khutbah Sultan Suryanullah/Sultan Suriansyah.
  • 1550-1570, masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
  • 1570-1620, masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
  • 1520-1620, masa pemerintahan Marhum Panembahan dengan gelar Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
  • 1596, Belanda merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
  • 14 Februari 1606, Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
  • 1612, Belanda membakar Istana Raja (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
  • 1620 – 1637, masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
  • 1634, VOC-Belanda mengirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
  • 29 November 1635, VOC Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge.
  • 1637 – 1642, masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
  • 1638, seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga menewakan 64 orang bangsa Belanda, selanjutnya 27 orang Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda tewas.
  • 1642 – 1660, masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
  • 1660 – 1663, masa pemerintahan Raden Bagus (Suria Angsa) dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja VIII).
  • 1660, diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha (Suria Negara) bin Sultan Saidullah mengamankan wilayah Tanah Bumbu dari pendatang. [6]
  • 1663 – 1679, masa pemerintahan Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
  • 1664, perubahan nama Banjarmasih menjadi Banjarmassingh (dialek Belanda).
  • 1668, Portugis mendatangkan pendeta Katolik bernama Jentigmilia ke wilayah Kesultanan Banjarmasin.[7]

[sunting] Tahun 1680-1858

  • 1680–1700, masa pemerintahan Sultan Tahlilullah/Amrulllah Bagus Kusuma kembali.
  • 1720-an Banjarmasin memilikipelabuhan perdagangan yang setara dengan Makassar.[8]
  • 1700–1734, masa pemerintahan Sultan Ilhamidullah (Sultan Kuning).
  • 1733, panglima perang anak buah dari La maddukelleng gagal merebut Banjarmasin.[9]
  • 1734-1759, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
  • 1734, VOC-Belanda membuat perjanjian lada dengan Sultan Banjar dan mendirikan benteng di Banjarmasin.[10]
  • 1734, Puana Dekke meminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kemudian Sultan Sulaiman menganugerahi gelar kapitan (panglima) kepada Hasan La Pangewa, yaitu Kapitan Laut Pulo sebagai raja pertama Kerajaan Pagatan.
  • 1759–1761, masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah dengan gelar Sultan Muhammadillah.
  • Tahun 1747, Belanda menduduki Banjarmasin.[11][12]
  • 1761–1801, masa pemerintahan Sultan Tahmidullah II/Sunan Nata Alam
  • 1780, Ratu Intan I menjabat Raja negeri Cantung dan Batulicin, sedangkan Pangeran Prabu menjadi raja negeri Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal serta Pangeran Layah menjadi raja negeri Buntar Laut.[6]Kota Banjarmasin di bawah otoritas Pangeran Dupa, putera tertua Sultan Banjar[13]
  • 14 Mei 1787, Pangeran Amir (raja Kusan, kakek Pangeran Antasari) menyerang Martapura dengan tentara Bugis, namun ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka.
  • 13 Agustus 1787, Sultan Tamjidullah I membuat kontrak perjanjian dengan VOC-Belanda.
  • 1801–1825, masa pemerintahan Sultan Sulaiman Saidullah.
  • 1815–1816, Inggris menguasai Maluka, Liang Anggang, Kurau dan Pulau Lamai (yang kelak dinamakan Distrik Maluka), dibawah Alexander Here yang menjadi Resident-commissioner sejak 1812.[14]
  • 1825–1857, masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiqu billah.
  • 1825, bulan Juli, Raja Tanah Bumbu Pangeran Aji Jawi membuat kontrak politik dengan Hindia Belanda.
  • 1826, Sultan Adam membuat kontrak perjanjian dengan Hindia Belanda.
  • 1832, Pangeran Haji Musa menjabar raja Batulicin (1832-1840), raja Bangkalaan (1838-1840).
  • 1835, 15 Muharam 1251 H, pemberlakuan Undang-Undang Sultan Adam (UUSA 1835).
  • 1835, Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[15]
  • 1841, Pangeran Mangku Bumi (Gusti Ali) menjabat raja Sampanahan.
  • 1849, Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah Kalimantan Selatan termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.[16]
  • 1852, pengangkatan Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Muda, merangkap Mangkubumi yang sudah dijabatnya sebelumnya menggantikan Ratu Anom Mangku Bumi Kencana.
  • 30 April 1856, Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
  • 9 Oktober 1856, Pengangkatan Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi, sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
  • 1 November 1857, Sultan Adam wafat.
  • 3 November 1857 – 25 Juni 1859, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
  • 3 November 1857, pertemuan rencana perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
  • 23 Februari 1858, Pangeran Prabu Anom (anak Sultan Adam) dibuang ke Bandung.
  • September 1858, Tumenggung Jalil tidak mau lagi membayar pajak kepada Belanda.

[sunting] Tahun 1859

  • 2 Februari 1859, kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
  • Februari 1859, Ratu Kemala Sari dan anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
  • 28 April 1859, pecahnya Perang Banjar, Pasukan Antasari dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron. Serangan di Marabahan, Gunung Jabuk dan Tabanio, dipimpin Demang Lehman, H. Buyasin dan Kyai Langlang. Serangan di Pulau Petak, Pulau Telo dan disepanjang Sungai Barito, dipimpin Tumenggung Surapati dan Pambakal Sulil. Sweeping di Banua Lima, dipimpin Tumenggung Jalil, Pambakal Gafur, Duwahap, Dulahat dan Penghulu Abdul Gani serta serangan terhadap Kapal Cipanas di Martapura.
  • 29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
  • 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang dan Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.
  • Juni 1859, pertempuran di Sungai Besarah dipimpin Pambakal Sulil.
  • 8 Juni 1859, Belanda mengumumkan keadaan darurat perang.
  • 12 Juni 1859, bantuan tentara Belanda datang dengan Kapal Arjuna, Celebes, Montrado, Bone dan van Os.
  • 14 Juni 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan Andressen, namun buntu.
  • 15 juni 1859, Sweeping oleh Belanda di Martapura.
  • 17 Juni 1859, pertempuran di Sungai Raya.
  • 25 Juni 1859, Sultan Tamjidillah II dimakhzulkan oleh Belanda, terjadi pertempuran di Cempaka.
  • 30 Juni 1859, serangan ke Martapura dipimpin Demang Lehman, 10 pejuang gugur.
  • Juli 1859, tenggelamnya Kapal Cipanas di Pulau Kanamit.
  • 16 Juli 1859, Sultan Tamjidillah II dan Pangeran Adipati Panoto Negoro Adiprojo di buang ke Jawa.
  • Agustus 1859, serangan ke Banjarmasin dipimpin Kyai Mangun Karsa, pertempuran di benteng Tabanio, dipimpin Demang Lehman dan H. Buyasin.[17]
  • September 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan panglima-panglima, Pangeran Hidayat dinobatkan menjadi Raja.
  • 27 September 1859, pertempuran di Gunung Lawak, dipimpin Demang Lehman, Aminullah, Antaludin dan Ali Akbar.
  • 28 September 1859, bantuan tentara Belanda dari Surabaya.
  • 13 November 1859, Verspyck mengeluarkan ultimatum agar Pangeran Hidayatullah menyerah dalam 20 hari.
  • 14 November 1859, gugurnya Pambakal Sulil di Sungai Basarah.
  • 23 Desember 1859, pertempuran di Kuala Kapuas oleh suku Dayak.
  • 26 Desember 1859, tenggelamnya Kapal Onrust oleh Tumenggung Surapati di Lontontour.
  • Desember 1859, Tumenggung Antaluddin bersama dengan Demang Lehman, Pangeran Aminullah, Kusin dan Ali Akbar, mempertahankan Benteng Munggu Tayur.

[sunting] Tahun 1860

  • 2 Januari 1860, serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak
  • 9 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Suriname di Lontontour hingga mengalami kerusakan dan pertempuran Masjid Amuntai.
  • 22 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Montrado di Lontontour.
  • 31 Maret 1860, penyerbuan Benteng Amawang, dipimpin Demang Lehman.
  • 18 Maret 1860, pertempuran di Pamangkih, Walangku, Kasarangan, Pantai Hambawang, Barabai dan Aluan.
  • 15 Mei 1860, pertempuran di Tanjung, dipimpin Tumenggung Jalil.
  • 11 Juni 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Belanda dengan proklamasi yang ditandatangani Residen Surakarta FN. Nieuwenhuijzen yang merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Kalimantan Selatan-Timur.
  • 9 Agustus 1860, serangan terhadap Benteng Kelua, dipimpin Pangeran Antasari.
  • 17 Agustus 1860, Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.
  • 27 Agustus 1860, serangan di Martapura dipimpin Pangeran Muda.
  • September 1860, pertempuran di Rumpanang dan Tambarangan, dipimpin Singa Jaya.
  • 3 September 1860, Pertempuran Benteng Madang pertama, dipimpin Demang Lehman dan Tumenggung Antaludin.
  • 4 September 1860, pertempuran Benteng Madang kedua.
  • 13 September 1860, pertempuran Benteng Madang ketiga.
  • 15 September 1860, pertempuran di Sungai Malang, Amuntai, dipimpin H. Abdullah.
  • 18 September 1860, pertempuran Benteng Madang keempat.
  • 22 September 1860, pertempuran Benteng Madang kelima.
  • 13 Oktober 1860, pertempuran Benteng Batu Mandi, dipimpin Tumenggung Jalil.
  • 17 Oktober 1860, pertempuran di Jati, dipimpin Kyai Jayapati.
  • 25 Oktober 1860, pertempuran di Bulanin, dipimpin Demang Lehman.
  • 27 Oktober 1860, pertempuran di Jati lagi, dipimpin Kyai Jayapati dan Demang Jaya Negara Seman.
  • November 1860, pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
  • 1 November 1860, Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.

[sunting] Tahun 1861

  • 24 Februari 1861, pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
  • 3 Maret 1861, pertempuran di Rantau, dipimpin Jaya Warna.
  • 19 Maret 1861, pertempuran di Karang Intan, dipimpin Tumenggung Gamar.
  • 21 April 1861, Pertempuran benteng Amawang, 2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
  • 23 April 1861, serangan di Bincau.
  • April 1861, penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut dan Pambakal Mataminserta pertempuran di Binuang, Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.
  • 4 Mei 1861, pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
  • 13 Mei 1861, pertempuran di Gunung Wowong, Karau, Dayu dan Sihong.
  • 16 Mei 1861, serangan di Paringin, dipimpin H. Dulgani.
  • 18 Mei 1861, pertempuran di Pagat.
  • 27 Mei 1861, pertempuran di Barabai, dipimpin Gusti Wahid.
  • Mei 1861, pertempuran di Martapura, Tanah Laut, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin, Tabalong dan daerah Barito.
  • 10 Juni 1861, pertempuran di Gunung Kupang, Awang Bangkal dan Batu Mahalon.
  • 18 Juni 1861, serangan awal di Martapura.
  • 19 Juni 1861, pertempuran di Gunung Pamaton, dipimpin Pangeran Hidayatullah.
  • 20 Juni 1861, pertempuran di Kuala Tambangan, dipimpin Tumenggung Gamar.
  • 22 Juni 1861, serangan di Mataraman dan Suwatu, dipimpin Pambakal Mail dan Tumenggung Buko.
  • 3 Juli 1861, serangan di benteng Barabai, dipimpin Raksa Yuda.
  • 18, 22, 24 Juli 1861, pertempuran di Buntok.
  • Agustus 1861, pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung Halau-halau, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
  • 1 Agustus 1861, pertempuran di benteng Limpasu, tewasnya Letnan Hoyyel.
  • 10 Agustus 1861, pertempuran di benteng Pagger, dipimpin Pangeran Singa Terbang.
  • 2 September 1861, pertempuran di benteng Batu Putih, gugurnya Pangeran Singa Anum dan Gusti Matali.
  • 24 September 1861, gugurnya Tumenggung Jalil pada pertempuran Benteng Tundakan.
  • 2 Oktober 1861, Demang Lehman masuk Martapura menemui Regent Martapura.
  • 6 oktober 1861, Demang Lehman ke Banjarmasin berunding dengan Resident Verpyck, perundingan secara empat mata, selesai perundingan rombongan kembali ke Martapura.
  • 8 Oktober 1861, pertempuran di Habang dan Kriniang, dipimpin H. Badur.
  • 18 Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dipimpin H. Badur.
  • Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dan Teluk Pelaeng, gugur 18 orang.
  • 6 November 1861, pertempuran di Pelari, dipimpin Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati.
  • 8 November 1861, pertempuran di Gunung Tungka dipimpin Pangeran Antasari, Tumenggung Surapati dan Gusti Umar, tewasnya Kapten Van Vloten.
  • 9 November 1861, serangan di Teluk Selasih, tewasnya Regent Amuntai.
  • 25 Nopember 1861, pertemuan Pangeran Hidayatullah dengan Demang Lehman dan diputuskan Pangeran Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di Martapura.
  • November 1861, pertempuran di Gunung Marta Niti Biru dan Kria Wijaya Bepintu, dipimpin Kyai Karta Nagara.
  • 5 Desember 1861, pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu Muda, tewasnya Opsir Koch.
  • 15 Desember 1861, pertempuran di Banua Lawas, tewasnya Letnan Ajudan I Cateau van Rosevelt.
  • 16 Desember 1861, terbunuhnya Kontrolir Fujick di Margasari dan Letnan Croes juga tewas di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.

[sunting] Tahun 1862-1905

  • 28 Januari 1862, Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
  • 30-31 Januari 1862, perundingan antara Pangeran Hidayatullah dengan Regent Letnan Kolonel Verpyck di pendopo rumah Asisten Resident, Pangeran Hidayatullah tertipu oleh janji Belanda.
  • 3 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
  • 4 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah meninggalkan Pasayangan menuju Pamaton serta Masjid Pasayangan yang berumur 140 tahun dibakar Belanda.
  • 22 Februari 1862, tertangkapnya Ratu Siti serta dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
  • 28 februari 1862, Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo Regent Martapura.
  • 3 Maret 1862, Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.
  • 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H), Pangeran Antasari di dinobatkan sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, sebagai kepala pemerintahan, pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.
  • 11 Oktober 1862, wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.
  • 1862 – 1905, masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
  • 19 Oktober 1863, tertangkapnya Sultan Kuning.
  • 1864, serangan Tumenggung Surapati di Muara Teweh dan Montalat.
  • 27 Februari 1864, Demang Lehman dihukum gantung di lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang pusaka Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.
  • 1865, Penghulu Rasyid gugur di Kelua, Tumenggung Naro gugur di Gunung Kayu, Balangan.
  • 26 Januari 1866, H. Buyasin gugur.
  • 1867, serangan Tagap Kurdi di Amuntai.
  • 1870, serangan Panglima Wangkang di Marabahan dan Banjarmasin.
  • 1875, wafatnya Tumenggung Surapati karena sakit.
  • 1883, serangan Sultan Muhammad Seman di Tanjung, Amuntai dan Balangan.
  • 1 Juli 1883, serangan di Lampihong.
  • 1885, ditangkapnya Pangeran Perbatasari di Pahu, Kutai, kemudian ia dibuang ke Kampung Jawa Tondano, Minahasa.
  • 1886, serangan Tumenggung Gamar di Tanah Bumbu.
  • 1899, Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo.
  • 1899, peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin Bukhari
  • 1904, wafatnya Pangeran Hidayatullah di Cianjur serta dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
  • 1906, dibuangnya Ratu Zaleha ke Bogor, berkumpul bersama suaminya (Gt. Muhammad Arsyad).
  • 24 Januari 1905, Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
  • 24 Agustus 1905, Panglima Batur ditangkap di Muara Teweh.

[sunting] Masa Perang Kemerdekaan

[sunting] Tahun 1915-1944

[sunting] Tahun 1945

  • 17 April 1945, rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang, baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
  • 6 Mei 1945, pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN adalah singkatan dari Mohamad Noor).
  • 23 Agustus 1945, berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan.
  • Agustus 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan.
  • 2 September 1945, pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan berkedudukan di Jakarta/Yogyakarta.
  • 23 September 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio.
  • November 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan.
  • 9 November 1945, pertempuran di Banjarmasin melawan Sekutu.
  • 20 November 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka di Amuntai, Hulu Sungai Utara.
  • 1945, berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura dan Banteng Borneo di Rantau, serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
  • 30 Oktober 1945, penyusupan Hasan Basry dan kawan-kawan dari Surabaya dengan kapal Bintang Tulen.
  • 5 - 7 Desember 1945, Pertempuran Marabahan.

[sunting] Tahun 1946-1949

  • 24 September 1946, penangkapan laskar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
  • 18 November 1946, pembentukan Batalyon TNI AL RI DIVISI IV (A) oleh Hasan Basry dengan melebur Banteng Indonesia dan organisasi kemiliteran lainnya.
  • Mei 1947, pertempuran di Hambawang Pulasan, Barabai, dipimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang gugur, yaitu Made Kawis.[19]
  • 3 Juli 1948, Belanda melantik Dewan Banjar. [20]
  • 18 Juli 1948, peristiwa pertempuran di Wawai, 16 orang pejuang gugur.
  • Agustus 1948, pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
  • 21 Desember 1948, pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
  • 2 Januari 1949, pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan, (Palagan Nagara).
  • 7 Januari 1949, pembentukan Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan, dengan ketua H. Aberanie Sulaiman.
  • 6 Februari, pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
  • 14 Februari 1949, pertempuran di Batu Tangga, Birayang, 2 orang pejuang gugur.
  • 15 April 1949, Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
  • 15 Mei 1949, perumusan teks proklamasi di Telaga Langsat, dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
  • 16 Mei 1949, penandatanganan teks proklamasi Kalimantan di Ni'ih oleh Hasan Basry.
  • 17 Mei 1949, Proklamasi Gubernur Tentara AL RI DIVISI IV (A) Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
  • 3 Juni 1949, Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong.
  • 8 Agustus 1949, Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa.
  • 2 September 1949, perundingan antara TNI AL RI DIVISI (A), yaitu Hasan Basry dengan Belanda diwakili Mayor Jenderal Suharjo dan UNCI sebagai penengah di Munggu Raya, Kandangan.
  • 2 September 1949, pengakuan Angkatan Perang Republik Indonesia terhadap TNI AL RI DIVISI (A) sebagai bagian dari angkatan perang dan mengangkat Hasan Basry sebagai Komandan Batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
  • 1 November 1949, peleburan TNI AL RI DIVISI (A) ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat dengan panglima Letkol Hasan Basry dan Kepala Staf Mayor H. Aberani Sulaiman.

[sunting] Masa Pembangunan

[sunting] Tahun 1950-1965

  • 4 April 1950, penghapusan daerah Banjar, Dayak Besar dan Kalimantan Tenggara dari Republik Indonesia Serikat, kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Yogyakarta.
  • 01 Juni 1950, pembentukan Kabupaten Kotabaru.
  • 29 Juni 1950, Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah satunya Afdeeling Van Hoeloe Soengai dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan ibukota Kandangan.
  • 14 Agustus 1950, pembentukan Propinsi Kalimantan serta pembentukan Kabupaten Banjar.
  • 14 Agustus 1950 – 1953, masa Gubernur dr. Moerdjani.
  • 2 Desember 1950, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
  • 2 Mei 1952, berdirinya Kabupaten Amuntai.
  • 1953–1955, masa Gubernur Mas Subardjo.
  • 14 Januari 1953, perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
  • 2-3 September 1953, musyawarah tokoh-tokoh untuk pembentukan Kabupaten Barabai.
  • 24 September 1953, wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan ke Cianjur.
  • 11 Januari 1954, turun gunungnya Bulan Jihad (sahabat Ratu Zaleha) dari pedalaman Kalimantan.
  • 4 April 1954, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani, ditunjuk sebagai ketua adalah A. Zaini.
  • 1955–1957, masa Gubernur Raden Tumenggung Arya Milono.
  • 7 Desember 1956, terbentuknya Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara.
  • 1957–1959, masa Gubernur Syarkawi.
  • 23 Mei 1957, wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
  • 1958, musyawarah masyarakat Tapin di Balai Rakyat menghasilkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin, yang diketuai H Isbat
  • 15 Maret 1958, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Tabalong dengan ketua Juhri.
  • 11 November 1958, pengangkatan kerangka Pangeran Antasari di Bayan Begak, Puruk Cahu untuk dimakamkan di Kompleks Makam Pahlawan Perang Banjar di Banjarmasin.
  • 1959 – 1963, masa Gubernur Maksid.
  • 24 Desember 1959, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
  • 4 Januari 1960, pembentukan Kabupaten Barito Kuala.
  • 22 Agustus 1960, pembekuan kegiatan PKI dan ormasnya oleh Kepala Penguasa Perang Daerah Kalimantan Selatan, Brigjen Hasan Basry.
  • 3 Juni 1961, pembentukan Panitia Penuntutan Kabuapaten Tanah Laut (Panitia 17) dengan ketua Soeparjan.
  • 1-2 Juli 1961, musyawarah besar Tanah Laut menghasilkan pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang diketuai H.M.N. Manuar.
  • 1963–1963, masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
  • 1963–1968, masa Gubernur Aberani Sulaiman.
  • 30 November 1965, pembentukan Kabupaten Tapin.
  • 1 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tabalong.
  • 2 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tanah Laut.

[sunting] Tahun 1968-2010

  • 1968–1970, masa Gubernur Jasmani.
  • 23 Maret 1968, pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Pangeran Antasari.
  • 1970–1980, masa gubernur Subarjo Sosroroyo.
  • 10 November 1974 - Oktober 1979, pembangunan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.
  • 15 Januari 1979, wafatnya Ir. Pangeran M. Noor, Gubernur Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
  • 1980–1984, masa Gubernur Mistar Cokrokusumo.
  • 1984–1995, masa Gubernur Ir. H.M. Said.
  • 15 Juli 1984, wafatnya Brigjen Hasan Basry, dimakamkan di Liang Anggang, Banjarbaru.
  • 10 November 1991, peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalimantan Selatan Ir. H. Muhammad Said.
  • 23 April 1997, peresemian Jembatan Barito oleh Presiden Soeharto.
  • 23 Mei 1997, peristiwa Jum'at Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA/partai.
  • 1995–2000, masa Gubernur Gusti Hasan Aman.
  • 2000–2005, masa Gubernur Syahriel Darham.
  • 20 April 2000, pembentukan Kota Banjarbaru.
  • 3 November 2001, pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen Hasan Basry.
  • 15 Desember 2004, banjir besar di Amuntai, korban mencapai 200 jiwa.
  • 8 April 2006, pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu.
  • 21 Desember 2006, peresmian Taman Siring di sempadan Sungai Martapura dengan panjang 320 meter.
  • 2005-2010, masa Gubernur Rudy Ariffin - H.M. Rosehan NB.
  • 25 April 2008, peresmian Jembatan Rumpiang oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di Barito Kuala.
  • Oktober 2008, dimulainya pembangunan runway Bandara Syamsudin Noor menuju Bandara Internasional.
  • 11 Februari 2009, pemancangan tiang pembangunan Kantor Gubernur di Banjarbaru.
  • 26 Februari 2009, dimulainya pembangunan PLTU di Asam-asam dengan kekuatan 2 x 65 megawatt.
  • 27 Mei 2009, pembukaan alur Sungai Barito bebas dari lumpur untuk jalur pelayaran dan pelabuhan.
  • 2010-2015, masa Gubernur Rudy Ariffin - Rudy Resnawan.
  • 1 Januari 2010, pemberlakuan Perda Pendidikan Al Qur'an bagi seluruh jenjang sekolah di Kalimantan Selatan.
  • 24 Juli 2010, pemberian gelar Pangeran kepada Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai keputusan Musyawarah Tinggi Adat Banjar.
  • 12 Desember 2010, penobatan Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai Raja Muda Keseultanan Banjar dengan gelar Pangeran Khairul Saleh.

[sunting] Kondisi dan Sumber Daya Alam

[sunting] Keanekaragaman Hayati

[sunting] Sumber Daya Alam

Kawasan hutan di daerah ini meliputi:
  • Hutan tetap seluas 139.315 ha
  • Hutan produksi seluas 1.325.024 ha
  • Hutan lindung seluas 139.315 ha
  • Hutan konvensi seluas 348.919 ha
Sementara areal perkebunan meliputi:
  • Perkebunan negara seluas 229.541 ha
Bahan-bahan galian yang ada di daerah ini antara lain:[21]
  • Batu bara
  • Minyak bumi
  • Pasir kuarsa
  • Biji besi

[sunting] Sosial Kemasyarakatan

[sunting] Suku Bangsa

Kelompok etnik di Kalimantan Selatan menurut Museum Lambung Mangkurat, antara lain:[22]
  1. Orang Banjar Kuala, di daerah Banjarmasin sampai Martapura[23]
  2. Orang Banjar Batang Banyu, di daerah Margasari sampai Kelua
  3. Orang Banjar Pahuluan, di daerah Tanjung sampai Pelaihari (luar Martapura)
  4. Suku Bukit, di daerah Dayak Pitap, Haruyan Dayak, Loksado, Harakit, Paramasan, Bajuin, Riam Adungan, Sampanahan, Hampang, Bangkalan Dayak
  5. Suku Berangas, di daerah Berangas, Ujung Panti, Lupak, Aluh Aluh
  6. Suku Bakumpai, di daerah Bakumpai, Marabahan, Kuripan, Tabukan
  7. Suku Maanyan, di daerah Maanyan Warukin, Maanyan Pasar Panas, Maanyan Juai (Dayak Balangan), Dayak Samihim
  8. Suku Abal, di daerah Kampung Agung sampai Haruai
  9. Suku Dusun Deyah, di kecamatan Muara Uya, Upau dan Gunung Riut
  10. Suku Lawangan, di desa Binjai, Dambung Raya
  11. Orang Madura Madurejo, di desa Madurejo, Mangkauk
  12. Orang Jawa Tamban, di desa Purwosari
  13. Orang Cina Parit, di daerah Pelaihari
  14. Suku Bajau, di daerah Semayap, Tanjung Batu
  15. Orang Bugis Pagatan, di daerah Pagatan
  16. Suku Mandar, di daerah pesisir pulau Laut dan pulau Sebuku
Selain ke-16 suku tersebut, terdapat juga Suku Bali (di desa Barambai, Sari Utama), Suku Sunda, dan suku asal NTB dan NTT di Unit Pemukiman Transmigrasi.
Delapan etnik terbanyak di Kalimantan Selatan (dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli), yaitu:[24]
Nomor↓ Suku Bangsa↓ Jumlah↓
1 Suku Banjar 2.271.586
2 Suku Jawa 391.030
3 Suku Bugis 73.037
4 Suku Madura 36.334
5 Suku Bukit (Dayak Meratus) 35.838
6 Suku Mandar 29.322
7 Suku Bakumpai 20.609
8 Suku Sunda 18.519
9 Suku-suku lainnya 99.165
Kelompok etnik berdasarkan urutan keberadaannya di Kalimantan Selatan adalah:
  1. Austrolo-Melanosoid (sudah punah)
  2. Dayak (rumpun Ot Danum)
  3. Suku Dayak Bukit
  4. Suku Banjar (1526)
  5. Suku Bajau, Suku Bugis (1750) dan Suku Mandar
  6. Suku Jawa dan Suku Madura
  7. Etnis Tionghoa-Indonesia dan Etnis Arab-Indonesia
  8. Etnis Eropa (1860-1942), umumnya sudah kembali ke Eropa

[sunting] Seni dan Budaya

[sunting] Bahasa Daerah

[sunting] Pemerintahan

[sunting] Daftar Kabupaten dan Kota

Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dengan motif Rumah Bubungan Tinggi. Pada jalan raya di depannya terletak tugu batu 0 km Banjarmasin
Kantor Residen Belanda di Kampung Amerong (sekarang lokasi Kantor Gubernur Kalsel)
Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dibagi menjadi 11 kabupaten dan 2 kota, yaitu:
No. Kabupaten/Kota Ibu kota Jumlah Kecamatan Jumlah Desa
1 Kabupaten Balangan Paringin 8 152
2 Kabupaten Banjar Martapura 19 288
3 Kabupaten Barito Kuala Marabahan 17 200
4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan 11 148
5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai 11 169
6 Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai 10 219
7 Kabupaten Kotabaru Kotabaru 20 197
8 Kabupaten Tabalong Tanjung 12 131
9 Kabupaten Tanah Bumbu Batulicin 10 135
10 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari 11 135
11 Kabupaten Tapin Rantau 12 131
12 Kota Banjarbaru Banjarbaru Kota 5 50
13 Kota Banjarmasin Banjarmasin 5 20

[sunting] Daftar gubernur

Mulai dari 1945-1957 gubernur mengepalai provinsi Kalimantan
No. Nama Dari Sampai Keterangan
1. Ir. Pangeran Muhammad Noor 2 September 1945 1950  
2. dr. Murjani 14 Agustus 1950 1953  
3. Mas Subarjo 1953 1955  
4. Raden Tumenggung Arya Milono 1955 1957  

Selanjutnya tahun 1957 sebutan provinsi Kalimantan menjadi Provinsi Kalimantan Selatan.
No. Foto Nama Dari Sampai Keterangan
1.
Syarkawi 1957 1959  
2.
Maksid 1959 1963  
3.
Abu Jahid Bastomi 1963 1963  
4.
Aberani Sulaiman 1963 1968  
5.
Jamani 1968 1970 [25]
6.
Subarjo Sosroroyo 1970 1980  
7.
Mistar Cokrokusumo 1980 1984  
8.
Muhammad Said 1984 1995  
9.
Gusti Hasan Aman 1995 2000  
10. Sjachriel Darham.jpg Sjachriel Darham 2000 Maret 2005  
11.
Tursandi Alwi Maret 2005 5 Agustus 2005 Penjabat Gubernur
12.
Rudy Ariffin 5 Agustus 2005 4 Agustus 2010 periode pertama
13.
Rudy Ariffin 5 Agustus 2010 sekarang periode kedua

[sunting] Daerah Pemilihan DPR RI 2009

Daerah Pemilihan DPR RI tahun 2009 (Bahasa Melayu: Kawasan Parlemen) adalah:
Daerah Pemilihan↓ Nama↓ Jumlah kursi↓
Kalimantan Selatan 1 Habib Aboe Bakar Alhabsyi[26][27]
Ismet Ahmad[27]
Taufiq Effendi
6 kursi
Kalimantan Selatan 2 Gusti Iskandar Sukma Alamsyah[27]
Abadi Noor Supit
Aditya Mufti Arifin[27]
Bahrudin Syarkawie[27]
[
5 kursi
  1. Kalimantan Selatan 1: Banjar, Barito Kuala, Tapin, Tabalong, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara
  2. Kalimantan Selatan 2: Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru

[sunting] Dewan Perwakilan Daerah

Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang berasal dari Kalimantan Selatan adalah:
  • Adhariani[27]
  • Gusti Farid Hasan Aman[27]
  • Habib Hamid Abdullah[27]
  • Mohammad Sofwat Hadi[27]

[sunting] Daerah Pemilihan DPRD Kalimantan Selatan 2009

Daerah Pemilihan DPRD Kalimantan Selatan (Bahasa Melayu: Dewan Undangan Negeri) adalah:
Nomor↓ Daerah↓ Jumlah kursi↓
Kalimantan Selatan 1 Banjarmasin 10 kursi
Kalimantan Selatan 2 Banjar, Banjarbaru 10 kursi
Kalimantan Selatan 3 Barito Kuala 5 kursi
Kalimantan Selatan 4 Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah 10 kursi
Kalimantan Selatan 5 Hulu Sungai Utara, Balangan, Tabalong 8 kursi
Kalimantan Selatan 6 Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru 12 kursi

[sunting] Seni dan Budaya

Gedung Sultan Suriansyah tempat pementasan budaya Kal-Sel.

[sunting] Seni Karawitan

  1. Gamelan Banjar
  2. Musik Panting (suku Banjar)
  3. Musik Kangkurung/Kukurung (suku Dayak Bukit)
  4. Musik Bumbung
  5. Musik Kintung
  6. Musik Kangkanong
  7. Musik Salung
  8. Musik Suling
  9. Musik Bambang
  10. Musik Masukkiri (suku Bugis)

[sunting] Teater tradisional dan wayang

[sunting] Tarian

Tarian suku Banjar:
Tarian suku Dayak Bukit:
  • Tari Tandik Balian
  • Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita)
  • Tari Kanjar (tarian ritual, penari pria)

[sunting] Lagu

Lagu Daerah suku Banjar antara lain:

[sunting] Rumah Adat

[sunting] Pakaian Adat

  • Pakaian Pengantin Suku Banjar ada 4 jenis, yaitu:
    • Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
    • Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
    • Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan
    • Pangantin Babaju Kubaya Panjang
  • Pakaian Pemuda-pemudi ada 2 jenis, yaitu:

[sunting] Pariwisata dan peninggalan sejarah

[sunting] Banjarmasin

[sunting] Banjarbaru

[sunting] Banjar

[sunting] Barito Kuala

[sunting] Hulu Sungai Selatan

[sunting] Hulu Sungai Tengah

[sunting] Hulu Sungai Utara

[sunting] Tapin

[sunting] Kotabaru

[sunting] Tanah Laut

[sunting] Tanah Bumbu

[sunting] Tabalong

[sunting] Rujukan

  1. Feuilletau de Bruyn, W.K.H.; Bijdrage tot de kennis van de Afdeeling Hoeloe Soengai, (Zuider a Ooster Afdeeling van Borneo), 19--.
  2. Broersma, R.;Handel en Bedrijf in Zuiz Oost Borneo, S'Gravenhage, G. Naeff, 1927.
  3. Eisenberger, J.; Kroniek de Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo, Bandjermasin, Drukkerij Lim Hwat Sing, 1936.
  4. Bondan, A.H.K.; Suluh Sedjarah Kalimantan, Padjar, Banjarmasin, 1953.
  5. Ras, J.J.; Hikajat Bandjar, A study in Malay Histiography, N.V. de Ned. Boeken, Steen Drukkerij van het H.L. Smits S'Graven hage, 1968.
  6. Heekeren, C. van.; Helen, Hazen en Honden Zuid Borneo 1942, Den Haag, 1969.
  7. Riwut, Tjilik; Kalimantan Memanggil, Penerbit Endang, Djakarta.
  8. Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta, 1986.
  9. M. P. Lambut, Kalimantan Selatan (Indonesia). Inspektorat, Mewujudkan good governance di Kalimantan Selatan: kumpulan pikiran urang Banua, PT LKiS Pelangi Aksara, 2007, ISBN 979-3381-26-4, 9789793381268

[sunting] Pranala luar

[sunting] Referensi

  1. ^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
  2. ^ Sensus Penduduk 2010
  3. ^ "INDONESIA: Population and Administrative Divisions" (PDF). The Permanent Committee on Geographical Names. 8 Juni 2003.
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama A
  5. ^ (Indonesia)INDRA AP FM (8 Februari 2011). "Pertumbuhan Kalsel Sepanjang Tahun 2010 Mencapai 5,58 Persen". Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Diakses pada Kesalahan: waktu tidak valid.
  6. ^ a b (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia, Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Jilid 1, Lange & Co., 1853.
  7. ^ (Indonesia) J. U. Lontaan, Menjelajah Kalimantan, Penerbit Baru, 1985
  8. ^ (Inggris) G. J. Knaap, Heather Sutherland, Monsoon traders: ships, skippers and commodities in eighteenth-century Makassar, KITLV Press, 2004 ISBN 906718232X, 9789067182324
  9. ^ (Indonesia) Merle Calvin Ricklefs, Sejarah Indonesia modern 1200-2004, Penerbit Serambi, 2005 ISBN 9791600120, 9789791600125
  10. ^ (Indonesia) Gamal Komandoko, Ensiklopedia pelajar & umum: buku serba tahu tentang pengetahuan umum Indonesia dan dunia untuk pelajar, mahasiswa dan umum, Pustaka Widyatama, 2010 ISBN 9796103710, 9789796103713
  11. ^ (Indonesia) Edi Songo, Genius Senior, WahyuMedia ISBN 9797950921, 9789797950927
  12. ^ (Inggris) David Bulbeck, Southeast Asian exports since the 14th century: cloves, pepper, coffee, and sugar, Institute of Southeast Asian, 1998 ISBN 9813055677, 9789813055674
  13. ^ (Inggris) The New American encyclopaedia: a popular dictionary of general knowledge, Volume 2, D. Appleton, 1865
  14. ^ (Indonesia) Rosihan Anwar, Sejarah kecil "petite histoire" Indonesia, Jilid 1, Penerbit Buku Kompas, 2004 ISBN 979-709-141-4, 9789797091415
  15. ^ (Indonesia) Th. van den End, Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita: sejarah gereja di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1987, ISBN 979-415-188-2, 9789794151884
  16. ^ (Belanda) Nederlandisch Indië (1849). Staatsblad van Nederlandisch Indië. s.n..
  17. ^ (Belanda) R. L. de Haes, Eenige opmerkingen over het werk getiteld: de Bandjermasinsche Krijg van 1859 tot 1863, D. Noothoven Van Goor, 1866
  18. ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979407411X, 9789794074114
  19. ^ http://bumibanjar.blogspot.com/2010/05/pertempuran-hambawang-pulasan-1.html
  20. ^ (Indonesia) Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil, Kronik revolusi Indonesia, Jilid 4, Kepustakaan Populer Gramedia, 1999, ISBN 979-9023-88-2, 9789799023889
  21. ^ Buku Pintar, Edisi 38
  22. ^ (Sumber: Peta alam dan foto kelompok etnik Kalimantan Selatan, Museum Lambung Mangkurat, nomor 11 s/d 16 adalah suku pendatang dari luar Kalimantan)
  23. ^ karena letaknya yang strategis orang Banjar Kuala menyebar ke sekitar sungai Barito dan pesisir Kalimantan lainnya
  24. ^ Sumber: Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk Tahun 2000
  25. ^ Silsilah Muhammad Yamani
  26. ^ www.aboebakar.info
  27. ^ a b c d e f g h i (Indonesia) Santoso, F. Harianto (2010). Wajah DPR & DPD 2009-2014: latar belakang pendidikan dan karier. Penerbit Buku Kompas. ISBN 9797094715.ISBN 9789797094713
Koordinat: 3°13′ LS 115°55′ BT