The Zain

/home/puskom35/Downloads/cooltext531071763.png

Minggu, 01 Mei 2011

KUMPULAN MAKALAH PERGURUAN TINGGI


CARA BELAJAR EFEKTIF DI PERGURUAN TINGGI
Memutuskan untuk kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN), juga perguruan tinggi swasta (PTS), berarti Anda sudah siap menghadapi berbagai resiko atau tantangan. Yang pasti, suasana dalam menghadapi perkuliahan, secara umum, berbeda sekali daripada suasana belajar di sekolah menengah. Yang pertama membutuhkan kemampuan mengembangkan inisiatif sendiri (internally driven) dalam merencanakan dan menangani permasalahan yang muncul, sementara yang kedua tidak selalu seperti itu. Di sekolah menengah, dominasi aktifitas siswa di kelas masih banyak dalam bentuk menyimak materi yang disampaikan guru.
Tulisan ini membahas beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk kuliah serta langkah dan persiapan yang perlu ditempuh mahasiswa baru untuk memulai kuliah di PTN/PTS sehingga mampu belajar (kegiatan akademis) secara efektif. Pada saat memasuki kehidupan kampus, umumnya Anda harus membiasakan diri untuk hidup jauh dari anggota keluarga dan sanak saudara; terpaksa hidup sendirian. Bapak dan Ibu, yang mengingatkan kealpaan dan memenuhi keinginan Anda serta adik, kakak, dan kawan-kawan yang dijadikan sebagai teman bercanda ria selama ini, tidak mungkin lagi akan mewarnai keseharian dan keceriaan Anda. Paling-paling hal yang demikian hanya akan Anda dapati sekali dalam sebulan atau ketika Anda pulang ke rumah/kampung halaman untuk menjemput bekal atau berlibur.
Secara akademis, persiapan Anda untuk memulai perkuliahan di ruangan kuliah dapat dikelompokkan sebagai berikut :
  1. perhatian penuh pada pelajaran di kelas
  2. catatan secara gamblang/garis besar
  3. catatan rapi di rumah
  4. kiat tertentu dalam mencatat, berlatih, dan pekerjaan rumah
  5. curah pikir dengan teman sekelas dan bertanya pada dosen
  6. diskusi rutin dengan penasihat akademik
  7. diskusi di jurusan
  8. aktifitas ilmiah di jurusan/fakultas; perpustakaan
  9. pengabdian kepada masyarakat
  10. publikasi dan korespondensi
  11. memahami dosen kita kerena dosen itu unik
  12. belajarlah anda memahami dosen jangan dosen yang mamahami anda
  13. aturlah sedemikian rupa mata kuliah yang akan kita pelajari
  14. belajarlah anda mandiri di kampus.
Salah satu perbedaan lain belajar di sekolah menengah dan PTN/PTS terletak pada keharusan seorang mahasiswa bersikap proaktif. Artinya, dosen hanya bersifat fasilitator di kelas; justru mahasiswa yang dituntut untuk secara aktif mengembangkan materi. Oleh karena itu, Anda perlu berkonsentrasi secara penuh dalam memusatkan perhatian pada materi yang didiskusikan di dalam kelas. Akibat keterbatasan kapasitas otak manusia dalam mengingat informasi yang diterima, Anda disarankan membuat catatan. Buatlah catatan itu secara garis besar saja. Rangka catatan tersebut, yang berbentuk garis besar, tabel, diagram, atau pemendekan dan sebagainya, perlu dicatat ulang dan dilengkapi di rumah atau tempat Anda tinggal. Hal ini sekaligus merupakan kiat yang juga ampuh untuk menghafal pelajaran, selain belajar secara mandiri di rumah dan perpustakaan, berdiskusi dengan teman atau penasihat akademik dan ketua/sekretaris jurusan pada waktu tertentu.Hanya saja, persoalan yang ditimbulkan oleh personil yang disebutkan terakhir di atas hendaknya juga menjadi bahan pertanyaan bagi kita. Dalam menjalankan tugas yang telah berat untuk melayani mahasiswa secara akademis dan pribadi, kehadiran sebagian ketua/sekretaris jurusan juga pimpinan fakultas/universitas masih menyebalkan.
Belum lagi, sebagian pimpinan masih ditolerir untuk memiliki jabatan rangkap hampir di semua bidang di Perguruan Tinggi.Selain itu, berdiskusi perlu ditingkatkan secara kualitas dan kuantitas karena perpustakaan Perguruan Tinggi, umumnya, masih sangat memprihatinkan dari segi jumlah koleksi dan pelayanan. Adalah nyata bahwa kepedulian pimpinan Perguruan Tinggi pada perpustakaan dipastikan belum sejalan dengan status perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi.
Kapankah pimpinan mampu mengalokasikan 10 % dari dana anggaran tahunan untuk perpustakaan seperti keadaannya di negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura? Tambahan lagi, pengelolaan administrasi perpustakaan Perguruan Tinggi yang sudah harus pula secara digital.
Kesempatan berkuliah di perguruan tinggi hendaknya juga dimanfaatkan sebagai wadah untuk menempa diri untuk belajar hidup bermasyarakat. Walaupun sudah dimulai di sekolah menengah, ikut serta dalam mengurus organisasi kemahasiwaan di kampus akan mematangkan cara dan pola hidup bersosialisasi. Organisasi dapat mematangkan emosional Anda karena mengajarkan cara saling menghargai, berargumentasi, atau berdemokrasi. Oleh karena itu, Anda perlu ikut berkiprah sebagai salah seorang pengurus himpunan mahasiswa jurusan, fakultas, atau universitas, selain organisasi kemahasiswaan di luar kampus lainnya. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa aktifitas yang utama bagi Anda adalah mengikuti perkuliahan.
Pendalaman materi kuliah juga bisa Anda dapatkan pada saat mengikuti kegiatan ilmiah lainnya, seperti dalam seminar, lokakarya, workshop, dan lain sebagainya. Para pakar yang menjadi nara sumber pada pertemuan ilmiah, biasanya, menginformasikan pembahasan yang mutakhir dari suatu materi bahasan. Secara teknis operasional, Anda juga disarankan untuk membina hubungan silaturahim dengan cara berkomunikasi lisan (telepon) atau secara tertulis dengan seseorang di luar negeri, orang asing atau teman/sanak saudara Anda. Komunikasi lisan dan tulisan yang terakhir ini, tentu saja, sebagai ajang mempraktekkan sekaligus meningkatkan kemampuan berbahasa asing Anda, seperti bahasa Inggris dan lain sebagainya.banyak fakta dan hasil survai membuktikan bahwa keberhasilan seseorang tidak ditentukan oleh jenis sekolah (negeri atau swasta) dan kuliah di PTN atau PTS, di luar negeri, Jawa atau Padang saja dan sebagainya.
Selamat berkuliah. oleh : Zain Muslim.





KUMPULAN CERPEN ZAIN MUSLIM DAN SAHABAT - SAHABATKU


Cinta dan Sahabat

Cerpen Cinta dan SahabatCinta dan sahabat, dua hal yang tak mudah ntuk dimengerti. Kadang bisa sangat berarti, namun dalam hal itu bisa membuat luka teramat perih. Aku adalah orang yang berada di tengah-tengah cinta dan sahabat itu. Kini, aku yang begitu merindukan hadirnya seorang kekasih, dalam hangatnya persahabatanku dengan Sisil yang lebih muda satu tingkat dariku.

Tiga minggu di awal semester satu...aku duduk di bangku kelas XII, seabrek kegiatan pun kulalui tanpa kuharus memikirkan cinta menurutku itu hanya membuatku lelah.
Namun, pertemuan itu membuatku melupakan suatu hal, aku yang larut dalam perasaanku terhadap Alan. Aku terlalu bodoh karena terlalu jatuh hati pada orang yang salah, jatuh hati pada orang yang tak pernah menyimpan cinta padaku. Aku tak begitu saja menyalahkannya! Dia tak patut untuk disalahkan, dia hanya korban dari cintaku dan dia terlalu baik mau mengerti akan cintaku padanya.

Dan terlalu naif bila kini aku harus menyesal karena mengenalnya. Karena dia aku dapat merasakan hal terindah, walaupun hanya sekejap. Aku terlalu naif hingga aku pun tidak menyadari Sisil merasakan juga perih yang kurasa. Sisil sahabatku orang yang kupercaya seutuhnya, orang yang selalu berusaha ada untukku. Kini, telah terluka karena keegoisanku.

Seharusnya aku tak pernah hadir di antara Alan dan Sisil. Bila akhirnya luka ini yang kurasa.
Andai saja kusadari dari awal, andai saja ku lebih mengerti mereka, andai saja aku tidak jatuh hati pada Alan, Alan dan Alan. Orang yang kucintai dan selalu ada dalam hatiku walau hati ini terasa perih, kudapat mengerti tak ada gunanya kubertahan di sisimu, karena ternyata kau lebih menginginkan Sisil mengisi hari-harimu. Aku di sini yang begitu tulus mencintaimu dan aku yang selalu berusaha ntuk mengerti dirimu kan selalu menanti dan menata hati lagi hingga bayanganmu pergi hingga tak ada lagi luka kurasa, hingga tak ada lagi kecewa yang terasa.
Aku di sini kan selalu berusaha tegar menjalani hari-hariku, aku kan selalu berusaha tersenyum agar kau bisa bahagia bersama Sisil sahabatku. Walaupun dia telah merebutmu, kisahku dan dia dulu takkan pernah kulupa, dia tetap sahabatku, percayalah dengan sisa kesedihanku ini.

Kumasih dapat bertahan hingga kelak kau mengerti bahwa aku memang mencintaimu. Aku memang menyayangi, tapi aku tak rela tersakiti olehmu saat ini, esok dan sampai kapanpun.
Pertemuan itu berawal dari perkenalanku dengan Alan, seorang cowok yang aku kenal dari temanku, Marcell. Perkenalan yang terbilang singkat juga, aku mulai merasakan getaran cinta itu. Rasa itu mulai menerangi kembali tahta hatiku yang telah lama ditinggal pergi oleh seseorang yang pernah begitu berarti dalam hidupku dulu. Yang sampai saat ini pun aku belum bisa melupakannya.

Alan yang telah hadir untuk mengisi hari-hariku pun membuatku terlelap akan rasa bahagia itu, hingga akupun tak pernah menyadari ternyata semua kebahagiaan itu palsu. Alan orang yang kucintai dengan tulus ternyata datang hanya untuk menyakiti dan menorehkan luka. Luka yang teramat dalam di hatiku. Pertemuan itu juga yang telah menghancurkan semuanya. Hidupku yang begitu indah yang begitu berwarna menjadi hancur akan hadirnya!

Malam itu aku dan Alan sepakat untuk memadu kasih, merajut asa dan menggapai cita berdua. Aku belum pernah merasakan sebahagia ini, aku begitu merasa begitu beruntung bisa dicintai oleh orang yang kucintai. Hari-hari bahagia pun mulai kami lalui. Alan begitu indah di mataku yang membuatku lupa akan segalanya, bila bersamanya. Itu juga yang membuatku merelakan tahta hatiku dipenuhi oleh cintanya, namun lagi-lagi kenyataan tak selalu berjalan sesuai dengan yang kuharapkan.

Minggu pertama hubungan cintaku bersama Alan mulai goyah, Alan mulai berubah dan tidak lagi Alan yang selalu tersenyum untukku. Alan tidak juga bersifat manis padaku, setiap tutur katanya yang menyejukkan hatiku kini terasa mengiris-iris hatiku. Apa yang telah kulakukan padanya hingga dia begitu tega padaku, aku begitu percaya padanya hingga aku pun terluka olehnya.

Hubungan ini berakhir begitu saja, pertemuan singkat itu menjadi menyakitkan. Sahabat pun menjadi pelarian sedih dan kecewa, tapi sahabatku tega mengkhianatiku. Dia yang ternyata merebut Alan dariku, dia merenggut semua kebahagiaanku . Persahabatan yang telah bertahun-tahun kubina bersamanya pun menjadi tak berarti. Aku lelah dengan semua ini hingga aku sempat memutuskan tali persahabatan itu, egoiskah aku?

Aku hanya belum bisa berpikir jernh saat itu, aku merasa semakin tolol, seharusnya kubisa merelakan Alan dan Sisil untuk bersama. Karena mungkin kebahagiaan Alan hanya ada pada Sisil! Aku belum siap kehilangan kebahagiaan itu, aku masih ingin disayangi walau semua itu hanya kebohongan. Aku tak mau merasakan sakit hati ini lagi. Akankah sakit ini akan terganti saat ku melihat kebahagiaan orang yang kucintai dan Sisil sahabatku.

Kini dalam setiap hari-hari sepiku, dalam kesendirianku, aku hanya bisa berharap aku kan memiliki kekasihku lagi, memiliki dia yang telah pergi, karena aku kan selalu mencintainya. Aku kan selalu mengenangnya di dalam hatiku,karena dia telah datang dan pergi dengan menghiasi setiap sudut didalam hatiku dengan cintanya yang sesaat, dan Sisil sahabatku buatlah cintaku bahagia karena kalian begitu berarti untukku...***


--------------------------
Cerpen Cinta dan Sahabat Karya Putri Yuliani, kelas XII . Baca Cerpen Cinta dan Baca Juga Cerpen Persahabatan.
Di ambil Zain Muslim, Mahasiswa Kalsel.
Terima Kasih kepada Putri Yulianti, salam persahabatan dariku.....

SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQIH

PENDAHULUAN
A. TUJUAN
  1. Mengetahui sejarah perkembangan ilmu Ushul fiqih
  2. Mengetahui sejarah sebelum dan sesudah pembukuan ushul fiqih
  3. Memunuhi tugas mata kuliah ushul fiqih

B. LATAR BELAKANG
Pada zaman Nabi Muhammad, hukum-hukum diambil dari wahyu atau al-Quran dan penjelasan oleh Nabi Muhammad yaitu as Sunnah. Segala masalah yang timbul akan dirujuk kepada Rasulullah Saw dan Nabi akan menjawab secara berdasarkan ayat al-Quran yang diturunkan atau penjelasan Nabi sendiri. Namun, terdapat sebagian Sahabat yang tidak dapat merujuk kepada Nabi lantaran berada di tempat yang jauh dari beliau, misalnya Muaz bin Jabal yang diutuskan ke Yaman. Baginda membenarkan Muaz berijtihad dalam perkara yang tidak ditemui ketentuan di dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Setelah wafatnya Nabi,permasalahan yang timbul dirujuk kepada para Sahabat. Mereka mampu mengistinbat hukum terus dari al-Quran dan as-Sunnah karena penguasaan bahasa Arab yang baik, mempunyai pengetahuan mengenai sabab an-nuzul sesuatu ayat atau sabab wurud al-hadis dan mereka merupakan para Perawi Hadis.
Hal ini menjadikan para Sahabat mempunyai kepakaran yang cukup untuk mengistinbatkan hukum-hukum. Mereka menetapkan hukum dengan merujuk kepada al-Quran dan as-Sunnah. Sekiranya mereka tidak menemui sebarang ketetapan hukum tentang sesuatu masalah, mereka akan berijtihad dengan menggunakan kaedah qias. inilah cara yang dilakukan oleh para mujtahid dalam kalangan para Sahabat seperti Saidina Abu Bakar as-Siddiq, Saidina Umar bin al-Khattab, Saidina Uthman bin Affan dan Saidina Ali bin Abu Thalib. Sekiranya mereka mencapai kata sepakat dalam sesuatu hukum maka berlakulah ijma'.
Cara ulama' mengambil hukum tidak jauh beda dengan zaman Sahabat karena jarak masa mereka dengan wafatnya Rasul tidak terlalu jauh. Yang membedakannya ialah sekiranya sesuatu hukum tidak terdapat dalam al-Quran, as-Sunnah dan Ijma', mereka akan merujuk kepada pandangan para Sahabat sebelum berijtihad. Oleh sebab itu, idea untuk menyusun ilmu Usul al-Fiqh belum lagi muncul ketika itu. Inilah cara yang digunakan oleh para mujtahid dalam kalangan tabi'in seperti Sa'id bin al-Musayyib, 'Urwah bin az-Zubair, al-Qadi Syarih dan Ibrahim an-Nakha'i.
Pada masa itu, banyak timbul masalah baru yang tidak ada ketentuan hukumnya dalam al-Quran dan as-Sunnah secara jelas. Hal ini menyebabkan para ulama mulai menyusun kaidah – kaidah tertentu yang dinamakan “Ushul Fiqih” untuk dijadikan sebagai landasan ijtihad mereka. Agar lebih jelasnya akan dipaparkan lebih lanjut di bawah ini.
















PEMBAHASAN
A. USHUL FIQIH SEBELUM PEMBUKUAN
Penarikan hukum melalui istidlal baru dilakukan generasi sahabat setelah Nabi wafat, dengan kaidah – kaidah walaupun tidak mereka jelaskan secara lugas. Kaidah – kaidah tersebut merupakan malakah yang melekat erat dengan mereka, karena kemurnian dan kedalaman pengetahuan atau penguasaan bahasa, maqashid syariah, asbab al wurud dan asbab al nuzul serta cara berpikir yang masih bersih. Apalagi mereka dididik secara langsung oleh Nabi Muhammad dan mengalami masa penurun wahyu. Demikian pula generasi tabiin, malakah tersebut di atas masih menjadi bagian kehidupan mereka, sehingga belum membutuhkan kaidah dalam bentuk tertulis. Kondisi ini berlanjut hingga abad ke-2 Hijriyah atau generasi tabi' tabiin.
B. SESUDAH PEMBUKUAN USHUL FIQIH
a. Masa Imam Syafii (w. 204 H)
Semakin meluasnya futuhat mengakibatkan komposisi warga negara menjadi heterogen. Interaksi yang terjadi antar bangsa yang memiliki latar belakang yang berbeda berpengaruh negatif pada bahasa arab. Akibatnya ujmah merajalela, malakah melemah, sehingga pemahaman teks – teks al kitab dan sunnah tidak lagi mengandalkan malakah. Saat itulah kebutuhan penulisan kaidah – kaidah mendesak dilakukan. Hal ini disadari oleh Al Hafiz Abdurrahman bin Mahdy. Beliau meminta Imam Syafii membukukan kaidah – kaidah yang diperlukan untuk memahami al kitab dan sunnah. Hasil pembukuan itu dikenal dengan ar Risalah.
b. Abad ke-3 dan ke-4 Hijriyah
Abad ini lebih diwarnai dengan penulisan syarah atas kitab ar Risalah. Syarah atas ar risalah dikarang oleh Abu Bakar al Shairafy (w.230 H), Hassan bin Muhammad al Qurasy al Umawy (w.349 H), Al Qaffal al Kabir al Syasy (w.365 H), Al Hafiz Abu Bakar al Jauzaqy (w.377 H), Abu Zayd al Jazuly, Yusuf bin Umar, Ibn al Faqihany dan Abu Qasim Isa bin Najy. Tapi sayang, tak satupun karangan mereka sampai pada masa kita. Beberapa ulama juga mulai menulis tema – tema yang berkaitan dengan ushul fiqih yang belum disinggung oleh Imam Syafii dalm ar Risalah, seperti Ahmad bin Hambal yang mengarang kitab Tha'at al Rasul dan kitab Nasikh wa al Mansukh.
    c. Awal dan pertengahan Abad ke-5 Hijriyah
    Merupakan abad yang sarat dengan penulisan ushul fiqih, dengan masih eksisnya mu'tazilah dan asy'ariyyah. Ushul fiqih ditulis dengan dasar yang berbeda. Ulama masa ini antara lain Al Qadly Abu Bakar al Baqillany al Maliky (w.403 H) dengan kitab al Taqrib wa al Irsyad, Al Qadly Abdul Jabbar al Hamadzany al Mu'tazily (w.415H) dengan kitab al 'Ahd dan al 'Umdah dan Abu al Husain al Bashry al Mu'tazily (w.437H) dengan kitab al Mu'tamad ringkasan syarah al ahd yang ia tulis terlebih dahulu.
    Pertengahan abad ke-5 H, tokoh yang terkenal adalah Imam al Haramain (w.478 H) dengan bukunya al Burhan, al Talkhis dan al Waraqat. Murid beliau al Ghazali (w.505 H) menulis kitab al Musthasfa. Semua ulama ini mengikuti thariqah mutakallimin.
    d. Abad ke-6 H dan permulaan abad ke-7 Hijriyah
    Fakhruddin ar Razy (w.606 H) menulis al Mahshul yang ia ringkas al 'Ahd, al Mu'tamad, al Burhan dan al Mustashfa. al Amidy juga meringkas empat kitab tersebut dalam kitabnya al Ihkam fi Ushul al Ahkam. Kemudian al Mahshul diringkas oleh Tajuddin al Armawy (w.682H) dalam kitabnya al Tahshil. Dari kedua kitab ini, al Qarafy mengambil kaidah – kaidah dan beberapa maqaddimah dan menuliskannya dalam kitab al Tanqihaat. Beliau juga menulis syarah atas kitab al Mahshul, dan diberi nama Nafais al Ushul fi Syarh al Mahshul. Perhatian serupa juga diberikan pada kitab al Ihkam. Ibn al Hajib meringkasnya dalam dua ringkasan, al Mukhtashar al Kabir atau Muntaha al Suul wa al Amal fi'Ilmay al Ushul wa al Jadal dan kitab Mukhtashar al Muntaha.
    e. Abad ke-7 Hijriyah
    Ada tiga kecenderungan penulisan pada abad ini, yaitu meringkas, syarh dan tabwiib. Keterangan ini berkaitan dengan ushul fiqih yang penulisannya menggunakan metode mutakallimin. Perjalanan selanjutnya didominasi syarh dan tahsyiyah serta taqrirat. Hingga akhirnya Al Syaukani (w.1255 H) menulis kitab Irsyad al Fuhul.
    f. Abad ke-19 sampai sekarang
    Pada abad ke-19 hingga sekarang ini, penulisan ushul fiqih lebih merupakan perubahan dalam penyampaian dengan bahasa yang sesuai dengan zaman semata.
    C. METODE PENULISAN USHUL FIQIH
    Perlu diketahui bahwa setiap mahzab fiqih mempunyai ushul fiqih. Hanya saja, metode penulisan mereka berbeda, yaitu antara lain :
    1. Dengan metode mutakallimin
    Metode penulisan ushul fiqihini memakai pendekatan logika/mantiq, teoritik/furudl nadzariyyah dalam merumuskan kaidah, tanpa mengaitkannya dengan furu'. Tujuan mereka adalah mendapatkan kaidah yang memiliki justifikasi kuat. Kaidah ushul yang dihasilkan metode ini memiliki kecenderungan mengatur furu' atau hakimah, lebih kuat dalam tahqiq al masail dan tamhish al khilafat. Metode ini jauh dari ta'asshub karena memberikan istidlal aqly porsi yang sangat besar dalam perumusan. Hal ini bisa dilihat pada Imam al Maramain yang kadang berseberangan dengan ulama lain. Di anut oleh Syafiiyyah, Malikiyyah, Hanabilah dan kaum Syiah.
    2. Dengan metode fuqaha
    Tidak diperdebatkan bahwa Abu Hanifah memiliki kaidah ushul yang beliau gunakan dalam istinbath. Hal ini terlihat dari manhaj beliau mengambil ijma sahabat, jika terjadi perbedaan memilih salah satu dan tidak keluar dari pendapat yang ada, beliau tidak menilai pendapat tabiin sebagai hujjah. Namun, karena tidak meninggalkan kaidah tersebut dalam bentuk tertulis, pengikut beliau mengumpulkan masail/furu' fiqhiyyah, mengelompokkan furu' yang memiliki kesamaan dan menyimpulkan kaidah ushul darinya. Metode ini dianut oleh mahzab Hanafiyyah. Sering pula difahami sebagai takhrij al ushul min al furu'. Metode ini kebalikkan dari metode mutakallimin, hal ini terlihat misalnya, pada perkataan Abu Bakar al Jashash (w.370 H) pada saat menyatakan suatu kaidah ushul furu (yang diriwayatkan dari) Ashabina menunjukkan kaidah ini. Demikian pula dengan al Bazdawy (w.730 H). metode ini memiliki ciri khas antara lain :
    - kaidah ushul mengikuti tabi'ah furu'
    - banyak menyebutkan furu' dan syawahid, dan
    - kadang, suatu masalah fiqhiyyah memiliki kaidah ushul tersendiri, karena masalah tersebut
    tidak bisa dimasukkan pada kaidah lain atau menambahkan qayd.
    Contoh kitab karangan dalam metode ini seperti Ushul al Karkhy karangan Abu al Husain al Karkhy (w.260 H), Ushul al Jashash karangan Abu Bakar al Jashash yang ditulis sebagai mukaddimah kitab Ahkam al Quran, Ta'sis al Nadzar karangan Ubaidillah bin Umar al Dabusy (w.430 H), Kanz al Wushul ila Ma'rifat al Ushul karangan Fakhr al Islam 'Aly bin Muhammad al Bazdawy. Kitab ini disyarahi oleh Abdul Aziz al Bukhari (w.730 H) dalam kitabnya Kasyf al Asrar.
    D. PEMBAHASAN DALAM USHUL FIQIH
    1. Dalil-dalil syarak: merangkumi dalil – dalil yang disepakati dan dalil – dalil yang tidak
    disepakati.
    2. Dilalah (دلالة): merangkumi kaedah-kaedah istinbat hukum dari nas-nas al-Quran dan as-
    Sunnah.
    3. Ta'arudh dan Tarjih (تعارض وترجيح): perbahasan tantang percanggahan antara dalil-dalil serta
    Jalan jalan penyelesaiannya.
    Ijtihad dan Mujtahid: merangkumi persoalan taqlid dan muqallid.
    4. Hukum-hukum Kulli: merangkumi hukum-hukum taklifi dan hukum wad'ie.

    PENUTUP
    A. KESIMPULAN
    1. Perkembangan ilmu ushul fiqih bermula dari zaman Rasulullah hukum – hukum diambil dari al
    Quran dan Sunnah, para sahabat, tabi'in sampai abad sekarang.
    2. Ilmu Usul al-Fiqh disusun sebagai satu ilmu yang tersendiri di dalam sebuah kitab berjudul ar-
    Risalah karangan al-Imam Muhammad bin Idris as-Syafie. Kitab ini membincangkan tentang al-
    Quran dan as-Sunnah dari segi kehujahan serta kedudukan kedua-duanya sebagai sumber
    penentuan hukum.
    3. Ilmu Usul al-Fiqh membawa definisi ilmu tentang kaedah-kaedah mengistinbat hukum-
    hukum syarak yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf dari dalil-dalil tafsili.













































DAFTAR PUSTAKA
  • Muhammad bin Ariffin, Muhammad Zaini bin Yahya, Afandi bin Sahi, 2004. Pendidikan Syariah Islamiah Tingkatan 4. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
  • Mohammad Hashim Kamali, 1999. Principles of Islamic Jurisprudence (Second Revised Edition). Selangor Darul Ehsan: Ilmiah Publishers Sdn. Bhd.
  • Artikel diambil dari http//:halaqah.net, perkembangan sejarah ushul fiqih.
    oleh Zain Muslim, Mahasiswa Kalimantan Selatan.